Sebelum memulai sebuah penjelajahan, idealnya diutamakan untuk melakukan manajemen perencanaan perjalanan. Apapun sifat dan kebutuhannya, wajib bagi saya. Kita dapat memulainya dengan melakukan observasi pada destinasi yang hendak dituju, disesuaikan dengan durasi perjalanan. Diantaranya, perkiraan cuaca, kearifan lokal, nilai mata uang setempat bila bepergian keluar negeri, kuliner lokal, pasar tradisional setempat, akses transportasi umum, bahasa lokal, tempat-tempat menarik dsb.
Tak sedikit dan tak jarang pula yang bertanya langsung pada saya, “Mengapa harus merencanakan dan berobservasi?”. Begini kawan, dengan menerapkan perencanaan perjalanan, dan memenuhi segala persiapannya, pastinya kegiatan yang akan kita lakukan akan terlaksana lebih efektif dan efisien. Menimalisir segala kemungkinan resiko buruk. Sebisa mungkin jangan sampai penyesalan hadir atau kesialan menimpa akibat kelalaian diri kita sendiri. Proses menyusun perencanaan ini lah yang tanpa sadar membimbing kita untuk menjadi lebih disiplin. Sebab dasarnya penjelajahan atau perjalanan itu menerapkan displin ilmu. Yah setidaknya bertanggung jawab dan respek pada diri sendiri. Terlebih dalam perjalanannya nanti kita diwajibkan menghormati segala aturan setempat yang berlaku di setiap titik yang kita tuju, termasuk… Nahhhh ini yang paling penting: Menjaga Perilaku dan Menjaga Kebersihan!!
Mau dan sanggupkah kamu menjaga 2 hal sakral tersebut ketika melakukan perjalanan? Jika mau dan sanggup, lekas ambil buku jurnalmu, dan mulailah mencatat sebuah rencana perjalanan, berobservasi dan menuliskan daftar persiapan!
Pada dasarnya kodrat kita sebagai manusia adalah berhijrah. Dalam arti melakukan perpindahan, bermigrasi, mengembara, berkelana untuk memenuhi kebutuhan tujuan.
Termasuk perjalanan yang bisa saja telah kamu lakukan hari ini hingga membawamu dapat menjumpai tulisan ini. Meninggalkan rumah menuju tempat yang menyajikan sinyal wifi yang berkecepatan tinggi. Apapun sifat dan bentuk perjalanannya, ia akan menelurkan…
Setiap kejadian selalu ada cerita sebab dan akibat dibalik semua itu. Hal ini yang membuat manusia bisa menjadi bijak lama kelamaan. Dari pengalaman pahit yang kemudian berubah menjadi mengikhlaskan, setelah itu adalah proses menerima diri sendiri kembali dan menjadi individu yang lebih baik lagi.